#110 : Would You Still Search for Where A Part of Me Remains? ; Review Anime Hikaru ga Shinda Natsu
- mghazaliputera
- Sep 28
- 8 min read
Well, well, ini mungkin bakal jadi review anime paling kontroversial yang pernah ku bikin wkwkwk... karena 1 alasan, anime ini mengandung unsur LGBT. Yes, aku bakal blak2 an aja di depan wkwk jadi semisal kalian ga suka dengan topik2 ini, aku gabisa maksa kalian buat baca sampe abis dulu juga sih, soalnya memang topik yang sensitif. Feel free to drop off, personally kalo aku sendiri terkait LGBT ya, aku jelas menentang tapi aku coba untuk terbuka dan memahami sudut pandang mereka aja dulu. Meskipun aku yakin posisiku yang menentang ini gabakal berubah. Kalo kalian bingung, mungkin setelah baca review ini kalian akan paham sudut pandang saya ahaha...
Oke2, balik ke topik awal buat review anime nya. Sejujurnya waktu pertama kali coba nonton anime ini, aku gatau samsek kalo ada unsur LGBT nya wkwkwk, karena aku coba nonton simply karena lagu OP nya bagus banget weh (aku udah share di post sebelumnya). Jadi coba lah aku nonton soalnya visual nya juga appealing sih ya ini, setelah nonton beberapa episode awal jujur aja aku ngerasa jijik gitu, jer apaan sih ini, kesel sendiri sampe mau ga lanjut aja nonton nya. Tapi akhirnya aku mutusin buat lanjut nonton sampe ke pertengahan cerita anime nya dulu, hanya karena misterinya.

Dan oh wow, penilaian ku tentang anime ini yang awalnya jelek langsung berubah drastis pas masuk ke pertengahan ceritanya, dimana unsur LGBT nya jauh berkurang dan horor dan misterinya semakin terasa. Jadi sepertinya entah kenapa author nya mau coba mancing penonton buat ngikutin ceritanya dengan nambahin unsur LGBT lol, dimana di kasus aku itu bukan jadi mancing buat nonton tapi malah jadi males nonton wkwkwk... Apalagi setelah masuk ke bagian akhir cerita, wah, keren sih ini anime, penasaran? Check it out...

Story Review (9/10)
Oh ya aku perlu ingetin lagi kalo review anime disini tu mengandung spoiler yak, meski ga banyak dan ga diungkapkan secara langsung, tetep aja ada spoiler nya wkwk. Oke, buatku anime dan horror itu kayak 2 kata yang gabisa disatuin. Soalnya, horror biasanya mengandalkan imajinasi kita dimana kalo berhasil membuat kita merasakan apa yang karakter nya rasakan, nah akan lebih mudah horror nya sampai kepada penonton, namun di anime, ada semacem barrier dimana kalo kita nonton anime, sulit membayangkan kalo apa yang kita tonton itu 'nyata'. Karena gambar nya animasi, bukan gambar nyata, jadi pasti bakal lebih sulit tuh ngebuat anime horror yang bagus. Tapi The Summer Hikaru Died (judul bahasa Inggris anime ini) atau singkatnya TSHD ini bisa nembus barrier itu cui...

Karena horror nya ga cuman ngandelin jumpscare atau gambar2 yang serem, tapi juga dari segi psikologi, mitologi dan misteri akan hal yang tidak bisa dipahami oleh manusia. Kalo kalian nonton episode pertama nya aja, kalian pasti langsung bisa ngerasain deh, udah komplit tu semua jenis horror nya disajiin disana haha... Cerita dibuka dari sebuah pencarian anak yang hilang di gunung, yang namanya Hikaru. Si Yoshiki, temen baik Hikaru bantu cari Hikaru yang hilang, terus setelah berhasil menemukan nya, dia agak curiga sama 'Hikaru' yang dia temuin ini karena dia agak berbeda, semisal kalo ngomong pengucapan nya suka salah, kayak dia tau bahasa manusia tapi baru pertama kali coba ngomong nya.

Dan bener aja dugaan Yoshiki, si 'Hikaru' yang dia temuin di gunung ini memang bukan teman baiknya lagi, namun sebuah entitas misterius yang bukan berasal dari dunia manusia, yang merasuki mayat Hikaru yang sudah mati, memakai tubuhnya dan mengakses pikiran serta kenangan Hikaru, untuk hidup di dunia manusia yang menurutnya menyenangkan. Gimana tuh kalo kalian ada di posisi Yoshiki? Takut kah? Bingung? Yah, wajar banget, dilema juga pasti karena bagaimanapun kalau dilihat wujudnya secara fisik adalah teman baiknya, dia punya semua memori teman baiknya, bahkan berbicara dan bersikap persis seperti teman baiknya.

'Hikaru' (oh ya kalo kalian belum sadar, aku nulis tanpa tanda petik untuk refer ke Hikaru versi manusia, dan pake tanda petik untuk refer ke 'Hikaru' versi monster) meminta Yoshiki buat ga bilang siapa2, karena dia mau coba hidup sebagai manusia, dia merasa punya tempat dengan menjadi 'Hikaru'. Ini sih salah satu aspek horror psikologi yang paling apik dari TSHD, bayangin deh, gimana caranya kalian berduka atas seseorang yang dekat bagi kalian yang sudah meninggal, sementara kalian masih melihat wujud fisik nya sehari hari dan semua orang masih menganggap dia hidup. Hikaru dan Yoshiki tinggal di sebuah desa kecil, dimana cuman mereka berdua anak yang seumuran yang ada disana. Makanya mereka udah dekat semenjak kecil, ayah mereka berdua juga dekat satu sama lain.

Malah Yoshiki lebih dekat sama ayahnya Hikaru dibanding sama ayahnya sendiri. Si Yoshiki ini sebenernya memendam perasaan suka sama Hikaru, makanya pas dia tau Hikaru yang asli sudah meninggal dunia, dan digantikan sama 'Hikaru' yang baru, dia mau aja nerima 'Hikaru' yang baru ini, lebih baik daripada bener2 kehilangan sosok Hikaru selamanya. Terus, keren nya pembangunan cerita dan konfliknya adalah, sosok Hikaru ini emang tipikal orang yang lovable gitu, mudah bersosialisasi, yang bikin penonton juga jadi gampang suka sama 'Hikaru' penggantinya, karena ya dia hanya menyalin kepribadian Hikaru yang asli. Kita sebagai penonton dibikin jadi mendukung keputusan Yoshiki tanpa sadar, untuk menerima 'Hikaru' yang baru, padahal kita belum tau apa2 tentang entitas misterius ini, yang dia juga gatau apa2 tentang dunia manusia, tentang hubungan dan terlebih lagi nilai sebuah nyawa.

Ya, 'Hikaru' menganggap hidup dan mati itu ngga juah beda, karena menurutnya hidup dan mati sama aja, cuman beda bentuknya. Bener si sejujurnya ya wkwkwk ga salah, pusing ga tu si Yoshiki perlu menghadapi semua hal ini, mengingat dia baru aja kehilangan temen baiknya, satu2 nya yang bisa nerima dia apa adanya. Ada juga aspek horror lain yang menarik disini, gimana rasanya tinggal di sebuah desa yang saking kecilnya, semua orang di desa itu tau urusan pribadi rumah tangga antar mereka. Kebetulan orang tua nya Yoshiki sering berantem, dan adeknya gamau ke sekolah gitu, jadinya pas dia kemana mana kalo pergi di desa itu, pasti ditanyain hal itu dan dibahas sama orang lain. Memang satu2 nya hal baik yang dipunyai Yoshiki adalah Hikaru, yang sudah tidak ada lagi.

Ini bisa dibilang anime slice of life juga si wkwk, tapi aspek horror nya kuat banget, dan sukses bikin penonton penasaran akan seperti apa selanjutnya. Premis nya bagus, setting nya juga kuat, karakter Yoshiki disini terasa sangat 'nyata' karena pada dasarnya dia hanyalah seorang anak SMA di pedesaan, yang tertekan dan labil, seperti sifat remaja pada umumnya. Jadi dia berulang kali berubah keputusan tentang apa yang harus dia lakukan dengan 'Hikaru', semakin dia mengenal 'Hikaru', semakin dia bingung apa yang sebaiknya dilakukan, belum lagi kesedihan yang dia alami atas kehilangan Hikaru yang gabisa dia bagi dengan orang lain. Pun kita sebagai penonton dibikin dilema, karena 'Hikaru' yang baru ini emang mirip dengan Hikaru yang asli yang lovable, padahal entitas yang ada di dalamnya masih penuh misteri.

Ceritanya sekilas terlihat bergulir dengan lambat, tapi terasa intens. Dari drama antara Yoshiki dan 'Hikaru', kita dibawa ke asal-usul dan identitas sebenarnya dari 'Hikaru'. Sejarah desa dan wilayah mereka, sejarah keluarga Hikaru, keanehan yang terjadi satu per satu di desa mereka, perusahaan misterius yang tampaknya mengerti dan punya hubungan dengan itu semua, semuanya diungkap satu per satu dengan cara yang epik namun tetap natural dan tidak terkesan dipaksakan. Undoubtedly, ini adalah anime horror terbaik sejauh ini, paket lengkap horror dalam anime lah pokoknya.

Oh ya, anime ini juga sepertinya dipengaruhi dan terinspirasi juga sebagian dari Hunter x Hunter haha. Soalnya Hikaru dan Yoshiki suka banget nonton anime yang namanya Master x Master disini, kek plesetan nya HxH wkwk, karakter utamanya juga namanya Ron yang di episode pertama nya pergi meninggalkan pulau, sama kayak Gon. Hikaru yang berambut putih dan Yoshiki yang berambut hitam juga kayak semacam paralel nya Killua dan Gon, menarik ya?
Graphics Review (8/10)
Untuk anime yang ga terlalu banyak aksinya dan kental dengan nuansa pedesaan, misteri dan kehidupan anak remaja, grafik nya bisa dibilang udah diatas rata2, udah lebih dari cukup buat bikin penonton puas. Meski ngga yang wah banget ya, tapi menurutku udah pas aja, smooth dan enak diliat, terutama pas bagian mereka nyalain kembang api, weh keren bangeeet...

Dan kayaknya kalo buat anime horror juga kalo gambarnya terlalu bagus malah ngurangin aspek seremnya kan wkwkwk, jadi ya menurutku udah pas.

Music and Soundtrack Review (10/10)
Ini sih menurutku yang the best dari anime ini selain cerita dan konsep nya ya. Dan ini juga yang bikin aspek horror di anime ini sukses. Jika anime dengan gambar animasinya bisa jadi barrier untuk menciptakan sensasi horror yang bagus, maka musik dan soundtrack yang bisa jadi penyelamatnya. Musik dan soundtrack yang dipake disini ga berlebihan tapi juga ngga kurang, bener2 pas, penonton serasa terasa benar2 berada di dalam nya dengan nuansa yang dibangun lewat suara. Mulai dari suara jangkrik khas musim panas, soundtrack untuk dialog internalnya Yoshiki, suara hujan dan petir, sampe full keheningan di beberapa scene yang menegangkan. Bener2 bisa bikin atmosfer nya mencekam, plus juga terasa hangat dan penuh emosi di beberapa drama nya. Keren deh pokoknya, sulit dijelaskan dengan kata2.

Wah belum lagi lagu OP anime ini yang menurutku bakal jadi favoritku di tahun 2025 ini.
Overall (8/10)
Secara keseluruhan, menurutku anime ini adalah anime yang bagus, terlepas dari unsur LGBT nya ya wkwkwk yang terasa kental banget di beberapa episode awal. Tapi kalo menurut kalian ngga, aku bisa paham si, sepertinya ini adalah anime yang bukan buat semua orang gitu, yang target audiens nya lebih spesifik dibanding yang lain. Bahkan sebenernya bisa dibilang kalo unsur LGBT nya masih terasa sampai ke bagian akhir, karena ternyata entitas misterius yang menempati tubuh Hikaru ini suka sama Yoshiki. Well, tapi somehow aku ngeliatnya udah nggak seperti itu si, karena meskipun tubuh nya Hikaru, tetap aja wujud sesungguhnya adalah makhluk yang kita belum tau apa, dan meski dia bilang suka atau cinta, dia sendiri nggak mengerti sepenuhnya apa itu suka dan cinta bagi manusia. Itu menurutku aja si ya wkwkwk, tapi yang membuatku terpikat sama anime ini adalah unsur psikologi, misteri dan horror nya.

Bagaimana cara kita menerima, bagaimana cara kita berduka dan melepaskan, bagaimana cara kita mengenal diri sendiri dan juga orang lain dan lingkungan sekitar. Bagaimana cara kita berempati dengan berusaha mencoba menempatkan posisi kita di tempat prang lain. Terutama disini aku kagum dengan Yoshiki ya, terlepas dari struggle dia yang udah banyak banget, dia masih bisa berempati dengan monster, meski memang niatan awal dia berbuat seperti itu adalah karena monster itu menempati wujud Hikaru. Semuanya digambarkan dengan baik dan didampingi dengan alur yang terasa sangat natural bagi sebuah remaja.

Terus buat aku yang jujur punya temen LGBT, anime ini membantu aku memahami banyak hal dari sudut pandang mereka si. Dan yang penting adalah bahwa itu seperti semacam penyakit, yang perlu disembuhkan, yang perlu kita bantu untuk disembuhkan. Sepanjang mereka sadar kalo itu adalah hal yang salah dan mereka mau berubah atau membenci diri mereka sendiri yang seperti itu, itu sudah cukup kuat untuk menjadi alasan untuk menerima dan membantu mereka.

Cara authornya menggambarkan entitas monster misterius ini juga bagus. Dia memang menempati tubuh Hikaru yang karakter nya sulit untuk kita benci, namun dia tetap adalah monster yang kalo salah langkah sedikit aja bisa merusak dan membunuh. Tapi bahkan monster pun pasti punya tempat nya sendiri, meski masih belum bisa kita pahami sepenuhnya, namun prinsip Yoshiki ini adalah prinsip yang hebat si. Yang bisa bikin alur cerita nya akan jadi semakin menarik kedepannya, semoga aja kebaikan Yoshiki ini ngga akan jadi bumerang untuk dirinya sendiri ya hiks wkwk ku udah khawatir aja dah kalo ada karakter yang terlalu baik di anime.

Aku saking penasaran ama lanjutan anime nya sampe beli komik nya langsung ni wkwkwk literally beli komik fisiknya. Sekeren itu si menurutku alur cerita dan setting nya. Anime ini mengajarkan aku cara berempati, juga mengingatkan aku untuk selalu menghargai orang2 yang baik padaku, karena mereka bisa pergi sewaktu-waktu, maka pastikan kalian akan mengatakan dan melakukan hal yang tidak akan membuat kalian menyesal suatu saat.
Sampai bertemu di post berikutnya! Mata kondo oai shimashoo!
“Death ends a life, not a relationship.”

Pic reference: https://www.netflix.com/id/title/81948057
Content references:
https://the-summer-hikaru-died.fandom.com/wiki/The_Summer_Hikaru_Died_Wiki
Other pictures credit go to CygamesPictures




Comments